on 31 March 2009
Cerita ini berawal dari dua hari yg lalu dapat SMS dari BNI CC, ada diskon up to 50% + 10% selama tiga hari di Elektronic Section, Pelangi. Wah, penasaran jg nih..jarang2 ada karna biasanya promo elekronik paling seputar hp dan blackberry doank. Sehabis muter2 di Pondok Indah sm Lady dan Bernad, untuk mencari pemukiman Baru (Ciehh..pemukiman baruu..), kami singgah di ES dengan semagat juang yg tinggi (Abis udh mo rontok semua tulang2 ini stelah mengelilingi PI).

Di ES kami mau membuktikkan apa betul promo tsb sebegitu hebatnya? Dan setelah sampai ke TKP, ternyata cuma diskon 10 %. Oala..Beberapa merk doank yg diatas 10 %, mostly yg kurang terkenal. Dan untuk meyakinkan pembeli, mereka bilang kalau orang Glodok saja belinya ke ES. Is that so? Tapi kalau pinter2 liat barang, walau cuma 10 %, memang harga beberapa barang masih tetap lebih murah dari harga biasanya. Ya..tergantung barangnya jg lah ya.

Bernad sibuk berkutat dengan LCD2 32"nya (beli gak ya..beli gak ya..). Sedangkan aku dan Lady ke bagian HTS (Home Theatre System) karna terhipnotis dengan kualitas suara2 demo yg begitu menggelegar. Bentuk2nya mulai dari mini hts sampe ke mega hts. Harganya mulai dari 2jt-an sampe puluhan juta. Kualitasnya ya.. pasti tau sendiri.

Aku tertarik pada satu brand, yg standnya paling banyak dikerumuni pengunjung saat itu. Suaranya bagus dan tak diragukan lg, tampilan pure black yg keren. Memang waktu itu produknya baru launch sekaligus promo, jd unitnya pun terbatas. Nah, karna promo season itulah, harganya jd lebih terjangkau di kelasnya. The type is as same as below pic.
Bayanganku saat itu, kalau aku beli hts, apa kamar kosku yg tak seberapa itu mendukung? Trus mo ditarok dimana barang2 yg lain? (kek banyak aj..). Pemikiran untuk memutuskan jadi dibeli atau tidak membutuhkan waktu satu hari. Is it important for me at this time? Gak buang2 uang? Kalo beli yang lain aj gmn, toh kamu jg sudah punya speaker? Trus mo diletakin dimana?

Aku coba research tentang pertimbangan2nya, dan hasil research lebih besar mengatakan kalau hts tidak terlalu rugi untuk dibeli hitung2 untuk modal mengisi rumah masa depan. Ha3.. Besoknya kami kembali ke ES dan mencoba beberapa fitur lagi sambil membawa laptop buat di-integrate dan coba2. Dan setelah cocok dengan fitur2 dan speknya, langsung bungkus!

Tak sabaran, malam itu juga langsung dipasang. Ini karna si Amrin, tetangga kamarku, yg sudah tak sabaran jg pengen serta merta menyusun dan mendengar aksinya. Thanks anyway Amrino. Kami coba demoin DVD Transformer yang sudah support DTS. Suaranya udah gilak abis..tp diluar tidak begitu kedengaran. Hemn..mantap! Sabtu musti buat acara nonton bareng nih sekosan.
on 26 March 2009
Hari ini ada rencana traktir sepupuku, Riris, di Ce Wei BBQ Restaurant di Wisma Darmala, Sudirman. Kami dine berempat, ada Lady dan Oni. Tadinya pengen ke bilangan Kelapa Gading mengecap sea food, namun karna mo ganti suasana ke nuansa Chinese dan hasrat untuk mencoba roasted pork nya yg tersohor itu, maka Ce Wei dihunjuk sebagai dining place.

Dengan amateur taxi driver, yg hare gene gak tau Wisma Darmala-Sudirman, kami pergi kesana. Sempat kesal sih, bawa taxi kacau banget. Padahal tuh taxi biru harusnya punya driver yg pengalaman. Sekitar jam 6.30 pm akhirnya kami sudah sampai ke TKP. Suasana Chinese sangat kentara dengan tulisan2 cina dan lampion yg bergelantungan. Tapi anehnya, waitressnya gak ada satu pun yg pake kostum cina. Begitu masuk, kami disambut dengan ramah dan langsung dipandu ke sebuah meja coklat dengan bahan kualitas tinggi yang menunjukkan kelasnya. Penggunjungnya ramai dan cuma kami berempatlah yg tidak bermata sipit dan berkulit pucat. He3.. sempat jd pusat sorotan.

Setelah melihat-lihat menu ala carte, kami memesan roasted pork alias babi panggang merah yg gurih manis, pecking duck yg gurih empuk, hot pan yang berisi variasi seafood dan telur dadar, asparagus saos tiram, dan ikan kerapuh pake tahu yang manis2 asem. 

Sambil menunggu pesanan diantar, si waitress menhidangkan "pickle" sebagai kudapan pembuka. Pickle ini adalah singkong yg berasa manis-asam-asin-pedas. Tp karna sudah tau kalau pickle2 ini akan dibayar, maka langsung ku suruh untuk diambil lg. Begitu jg dengan tisu basah yg diletakkan di meja, dianjurkan utk tidak digunakan karna akan dicharge. Untung sudah tau duluan trik2 nya si ce wei. He3.

Order list dicetak tapi yg tertera detail harganya cuma roasted pork, dan kulihat pesanan pork 500 gram, dan untuk harga 1000 gram nya 650 ribu. Sempat "gubrak" juga sih, Is it so expensive? Emang porky nya kek apa sih? Akhirnya menunya datang satu per satu memadati meja kami dan semuanya melambai-lambai sambil berteriak minta dirasai. Semuanya maknyusss!

Sambil bercerita-cerita kami menikmati hidangan enak itu. And slowly but surely akhirnya makanan pun habis. Wah sampe full isi perut, mau meledak rasanya. He3.. hiper sedikit. Sesaat sebelum pulang, bill nya pun diminta. Wew.. tp untungnya ada promo dari CC BCA 50% off. Tinggal swipe.. jadi seharga makan di seafood ayu deh.

Karna besok masih masuk kerja, gak terkena cuti bersama, kami pun langsung pulang. Sampai di kosan Lady sekitar jam 9, itu pun masih lanjut bercerita lagi. 
on 22 March 2009
Hari ini aku berencana membeli tiket pesawat tujuan Medan- Balikpapan (23/04/08) dan Balikpapan - Medan (28/04/08) untuk Tanteku yang di Sumut. Setelah mencari-cari flight schedule mana yang cocok, akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan Lion (berangkat) dan Mandala (pulang). Sebenarnya ada perpaduan berbagai maskapai untuk tujuan Mdn - Bpn, misalnya dari Mdn - Jkt (Batavia), Jkt - Bpn (Lion). Namun aku tak mau menggambil resiko jika nanti yg satu delay dari Medan, maka berakibat fatal pada jadwal yg di Jakarta karna tidak continuing flight, jadi tidak saling tunggu menunggu.

Terlebih dahulu aku dan Lady pergi ke head office Mandala Tomang untuk issuing ticket pulang. Mudah sekali prosesnya dan cepat tidak berbelit-belit. Pertanyaan utamaku adalah, "Kalau seandainya pesawat dari Balikpapan delay sehingga mengganggu jadwal keberangkatan dari Jkt - Mdn, apakah Mandala bertanggungjawab dan tiket tidak hangus?" Lalu, dijawab oleh sang agent, "Tentu pak, karna kita continuing flight satu route. Berbeda kalau bapak beli terpisah." Trus, kutanya lagi, "Sekarang saya mau tiket diprint. Apakah bisa diprint lg di Medan sewaktu mau berangkat?". Dijawabnya, "Oh bisa pak, bapak tinggal tunjukkan kode bookingnya di counter kami, nanti akan kami keluarkan tiketnya." Just for sure, siapa tau gak bisa.

Setelah dari tempat itu, malam itu juga kami ke head office Lion Air Gajah Mada, dan langsung menuju ke bagian reservation:
Agent: "Slamat malam, pak. Bisa saya bantu?"
Saya: "Saya mau issue tiket Mdn-Bpn tgl 23 april. Saya sudah punya jadwalnya ..."
Agent: "Baik pak, untuk kelas dan harganya adalah .... Bapak mau bayar dgn tunai atau debit?"
Saya: "Pakai credit card, bisa?"
Agent: "Bisa pak, tapi ini jadwalnya masih lama. Bapak mau ambil tiketnya sekarang?"
Saya: "Nanti saja pas mau berangkat."
Agent: "Oh maaf, tidak bisa pak. Tiket harus diambil maksimal 7 hari dari tanggal pembelian. Setelah itu akan dikenakan biaya lg."
Saya: "Ha?" (Mulai merasa keanehan). "Mas, calon penumpangnya ada di Sumut, masa saya harus kirim tiketnya dengan pos atau tiki?"
Agent: "Kalau begitu, bapak bisa ambil tiketnya yg berbentuk buku di Medan"
Saya: "Ia, tp kamu bilang harus diambil maksimum 7 hari. Masa tante saya yg ada di kampung harus pergi ke Medan cuma utk ambil tiket itu lalu pulang lg. 4 jam perjalanan PP. Kebayang tidak ribetnya kayak apa? Yang seharusnya bisa dicetak sewaktu mau berangkat."
Saya: "Nah, bagaimana lg kalau tiketnya rusak/basah atau hilang atau ketinggalan entah dimana? Seharusnya kan saya bisa dgn hanya memberitahu kode booking di airport lalu tiket diprint ulang toh?"
Agent: "Maaf pak, sistemnya tidak seperti itu. Tiket akan hangus. Untuk itu setelah tiket di print, mohon dijaga dgn baik. Tiket asli hanya bisa dikeluarkan sekali."
Saya: "Loh kok gt? Saya sering menggunakan pesawat dan saya baru akan print ketika saya mau berangkat pada hari yg sama. Baru kali ini saya menemukan sistem seperti ini."
Agent: "Kalau mau yang seperti itu, bapak bayar pake atm, nanti bukti pembayarannya bapak fax ke Medan biar bisa digunakan sewaktu check-in. Dan kalau hilang/rusak bisa di fax lg."
Saya: "Trus, kalau print-out tiketnya gak bisa di fax seperti struk atm?"
Agent: "Maaf pak, itu tidak bisa. Untuk print-out harus yg asli karna distempel dan cuma bisa dikeluarkan disini (Gajah Mada) selainnya berbentuk buku."
Saya: "Trus, kalau di Medan struk atm ditukarkan menjadi bentuk buku bisa?"
Agent: "Bisa pak, dikenakan biaya administrasi 50 ribu."
Saya: "eeehh?" (mulai jengkel dan pengen pulang)
Saya: "Tapi kalau saya bayar lewat atm, harganya masih sama kan?"
Agent: "Maaf tidak pak. Ada biaya administrasi dari banknya sebesar 10 ribu. Tp karna kita menggeluarkan 2 tiket Mdn-Jkt, Jkt-Bpn, jadi bapak dikenakan tambahan 20 ribu."
Saya: "Kok seperti itu ya? Biasa tiket2 yang saya issue online lewat internet harganya tetap sama walaupun saya bayar via atm."

Aku sempat ragu dengan informasi yang diberikan CS agentnya. Siapa tau dia masih baru. Bayangkan ditempat yg sama aku menelepon customer service Lion Air utk memastikan semuanya, dan ternyata informasinya sama demikian.

Saya: "Ya udah, saya booking dulu." (..daripd datang sia2)
Agent: "Baik, kode bookingnya ... Paling lama dibayar tgl 25 jam 12 siang ya pak."

Malam ini aku liat di site Batavia tujuan mdn-bpn utk tgl 23 april. Ada jadwal yang memungkinkan, tp sepertinya harus beli dua tiket. Besok aku mau coba tanya dulu bagaimana sistemnya.

ps. Disini saya bukan mau membanding-bandingkan maskapai, cuma saya kecewa dengan sistem reservasi yang tidak fleksibel sehingga merepotkan customer dan dikenakan additional charge sana sini.
Semoga service Lion Air semakin baik lagi.
on 09 March 2009
Setelah aku resmi lulus S1, walaupun belum diwisuda, I've a plan to take a bigger challenge and to grow my career. Few days ago, I took an interview session in one IT consultant from SG. Gak tau kenapa suasana saat itu, aku begitu deg-deg'an nya ketika harus dihadapkan dengan tiga orang interviewer, dua diantaranya adalah India dan satunya lagi Indo. Mungkin karna sudah gak pernah lagi interview ya, apalagi pertanyaannya pasti technical bgt. Duhh hari gini masih bahas technical? kayak fresh grad aja. Selama proses interview, agak susah menangkap aksen si India bila ngomong Inggris, begitu cepat namun kedengarannya semua sama. Ini India dari belahan mana sih? Namun, tanpa disadari juga, aku bisa nyambung dengan mereka. Sampai pada akhirnya kami semua dalam ruangan itu bisa tertawa dengan lepas.

At the end of the session, kamu tau apa pertanyaan si India? "Are you Christian?" Ha3.. *pikirku dalam hati* Orang India rasisme juga ya. Langsung ku jawab, "Yes. I am Protestant". Ku kira pertanyaan OOT sampai disitu saja. Kemudian disambungnya lagi, "At what church do you used to go here?" Kujawab tanpa pikir panjang, "HKBP". "HKBP? What kind of church is that?" "A protestant batak church", jawabku singkat (gak tau lagi mo ngomong apa). "Oo.. So you are batak?" Ya ialah, masa chinesse (ini gak mungkin diucapkan...he3). 

Akhirnya dia ngomong, "I will let you know the result by today. If my assistent do not call you till 6 pm, it is mean that you are rejected for the first session." Kemudian dia menuntunku keluar dari ruangan. Direct statement kayak gini aku lebih suka dibandingkan dengan harus muluk2 mengatakan, "kami akan menghubingi anda paling lama 2 minggu".

Sore harinya, sekitar pukul 5, di hp ku terdengar nada panggil. Aku yakin bgt kalau ini merupakan jawaban dari test yang pertama. Ternyata betul, asistennya mengatur jadwal test berikutnya langsung interview dengan client di Pondok Indah. Client amrik yang brandnya sudah sangat familiar dikonsumsi oleh masyarkat dunia. Coba tebak apa?

Aku memenuhi panggilan itu, dan seperti sediakala aku lagi-lagi dihadapkan dengan tiga interviewer sejati, yang semuanya adalah technical lead. Kali ini aku betul2 dikeramas. It's all about describing the concept, methodology, technical things, and project management. Hanya ada satu keyword dari kebanyakan pertanyaan, yaitu: how. How, how, and how? dan sepertinya penjelasan akan lebih dihargai lagi kalau bisa di gambarkan di white board.

And finally, the last question was, "Do you have microsoft certification?" Ups.. tanpa keraguan kujawab, "I think I will have one." Ha3.. ngomong "nggak" aj susah bgt. Interview kedua memakan waktu kurang lebih dua jam. Seperti biasa, hasilnya akan diberitahukan lewat call. Kali ini keputusan memakan waktu seminggu. And guess what? They are offering me the job. Yes!

The last session is nego. This is what i've been waiting for. Semua berjalan dengan mulus tanpa keraguan. Walaupun ada benefit yang hilang pada masa sekarang, tapi ada benefit lain yang menutupi. Such as..?

Well, I'll take the challenge. Why not, eh? See you in April.