Sepeda, Kereta Dorong, dan Senyuman

on 12 September 2006
Sehabis mencek pekerjaan, aku melamun di depan laptop. Ntah kenapa aku mengingat kejadian tempo dulu.

Aku sangat mengingat ketika pertama kali dibelikan sepeda oleh almarhum bapakku. Sebuah sepeda mini bekas yang dia beli dari sebuah toko dekat pasar. Waktu itu hampir semua teman-temanku bersepeda. Ketika aku meminta dibelikan sepeda oleh bapak, aku harus memenuhi satu hal, prestasiku harus meningkat pada saat aku duduk dibangku kelas 3 SD. Akhirnya janji itu dipenuhi olehnya karena prestasiku naik dan sebuah sepeda mini sudah lama aku idam-idamkan. Sekarang aku sadar setiap kali mau ujian, bapakku selalu menjanjikan sesuatu agar prestasiku baik di kelas.

Kala itu bapak berpesan kepadaku. “Jaga baik-baik sepeda mu,” ucapnya.

Melihat sepeda itu dibawa pulang, aku tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku. Bapak bahkan merelakanku langsung menggoes sepeda itu pulang ke rumah. Setiap kali pedal sepeda ku goes, senyumanku pun terus-terusan mengembang. Sorenya, aku langsung memanggil seluruh temanku untuk melihat sepeda baruku dan membiarkan mereka mencobanya. Tiada rasa seindah waktu itu.

Tiga belas tahun terlewati, kali ini giliranku memberikan sebuah senyuman kepada keponakanku. Dia dan ibunya, kakak kandungku, datang ke Jakarta dan tinggal beberapa hari. Di Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan senyuman itu menempel ceria di mukanya ketika sebuah kereta dorong balita aku berikan kepadanya. Ini sudah lama aku rencanakan untuk keponakanku yang pertama ini. Kelak ketika umurnya memasuki SD, aku akan memberikan sepeda baru untuknya. Seperti yang pernah dilakukan oleh bapakku, aku akan menjanjikan sesuatu agar prestasinya nanti meningkat.

Senyuman dan keceriaan itu memang sedetik adanya. Tapi, abadi di hatiku.
Selamat berkereta Michael… I love you.

0 comments: